Menulis Kata Hati

Semenjak ada ruang berkomunikasi melalui laman sosial FB dengan kawan2, terabai pula meneruskan entry di blog ini.Sebenarnya banyak idea yang berlegar sampai tepu di kepala, namun bila hendak ditulis, terus tergendala, idea lenyap tiba2, kenapa ya?...seolah-olah idea itu takut apabila ingin diterjemah dalam penulisan..hairan...

Bila dimuahasabah diri..rupanya ia satu peringatan kepada saya, bahawa diri ini banyak betul kekurangan...tidak layak menulis bidang agama. Sedangkan para ulama terdahulu seblum menulis, solat sunat menjadi pendahulu.. kenapa mesti begitu ya? rasanya disaat menulis, jangan bergantung sangat kepada pengetahuan yang sedia ada dan hasil idea. Allah jangan lupa disaat menulis,pastikan niat dan amalan dibawah keredhaanya. Kalau tidak, iblis dan syaitan pun turut serta mengganggu dan mebisikkan ke dalam hati kita. Iblis adalah musuh yang nyata walaupun ia adalah yang ghaib.Jadi, sebagai penulis apatah lagi yang tidak berlatar belakangkan sekolah agama, kena berhati-hati dan dan memperhalusi sungguh karya sendiri ketika membicarakan soal agama.Peringatan ini khas untuk diri sendiri.

Muhasabah dan menilai tahap amalan beragama atau bentuk/kualiti pengabdian diri kepada Allah SWT harus ditekani.Bukankah kita dicipta untuk menghambakan diri kepadanya, lalu kenapa kita begitu terabaikan perkara asas sebagai seorang individu muslim ini.

Selamat beramal... dan hayati kata-kata bermadah ini:

Tiada yang lebih jernih dari suara hati.
Ketika ia menegur kita tanpa suara.
Teguran yg begitu halus, begitu bening, begitu dalam.
Tiada yang lebih jujur dari nurani.
Saat ia menyedarkan kita tanpa kata-kata.
Nasihatnya begitu hening dan kita tak kuasa menyangkalnya.
Tiada yang lebih tajam dari mata hati.
Ketika ia menghentak kita dari berendam kesalahan dan alpa.
Begitu tipis, begitu menghiris.
Berbahagialah orang-orang yang seluruh waktunya dipenuhi kemampuan untuk jujur pada nurani dan tulus mendengarkan suara hati.


habibnajal.blogspot.com/31.3.2011